Inovasi teknologi di era digital telah membawa kita ke dalam dunia yang penuh dengan potensi namun sekaligus penuh risiko. Salah satu ancaman terbesar adalah deepfake, sebuah teknologi yang memungkinkan manipulasi video dan audio dengan AI sehingga tercipta konten baru yang terlihat asli dan meyakinkan. Deepfake memiliki kemampuan memalsukan wajah dan suara seseorang dengan tingkat realisme yang menakjubkan, untuk menyebarkan informasi palsu atau menipu orang, sehingga membawa risiko serius bagi keamanan dan kepercayaan dalam interaksi digital.
Hasil survei VIDA, salah satu Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) di Indonesia, dalam whitepaper bertajuk “WHAT THE FAKE?: Siapkah Bisnis di Indonesia Melawan Penipuan Deepfake yang Dihasilkan AI?”, menyebut bahwa hanya 58% profesional di Indonesia yang memiliki pemahaman tentang deepfake, dan 90% dari mereka tidak yakin bagaimana cara melawan penipuan ini dengan efektif. Sementara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan 361 juta serangan siber pada Januari hingga Oktober 2023 mengakibatkan kerugian finansial sebesar Rp.14,5 triliun.
Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, pada acara peluncuran dan diskusi whitepaper VIDA di Senayan, Jakarta (24/4), menyoroti urgensi untuk meningkatkan kesadaran tentang deepfake, “Kita perlu memahami dan mengantisipasi ancaman digital ini. Perlu penerapan best practice dan kebijakan tata kelola yang memadai”. Ia mengapresiasi inovasi VIDA dalam merancang solusi pertahanan berlapis untuk mendeteksi dan menetralisir penipuan siber secara efektif.
“Teknologi deepfake memperkenalkan era baru ancaman dunia maya yang mampu menghancurkan kepercayaan dan keamanan dalam interaksi bisnis digital dalam sekejap. Deepfake berpotensi merusak reputasi individu dan perusahaan, menimbulkan keraguan publik terhadap informasi yang disampaikan secara digital, dan bahkan memicu konflik dan ketegangan dalam lingkungan bisnis yang sudah kompleks. Untuk mengatasi tantangan besar ini, VIDA memperkenalkan VIDA Deepfake Shield, solusi pertahanan canggih berlapis yang dirancang untuk memberdayakan bisnis digital dalam mendeteksi dan menetralisir penipuan deepfake secara efisien,” ungkap Niki Luhur, Founder dan Group CEO VIDA.
Victor Indajang, Chief Operating Officer VIDA, menguraikan kemampuan VIDA Deepfake Shield, “Solusi kami dirancang berdasarkan tiga prinsip utama: verifikasi identitas real-time untuk mengautentikasi semua pengguna, integrasi tanpa batas di seluruh platform digital, dan mekanisme pertahanan eksklusif yang inovatif untuk melindungi dari serangan virus ancaman digital yang canggih.”
Keamanan digital bukanlah sekadar tanggung jawab individu, namun juga merupakan upaya bersama untuk menciptakan lingkungan digital yang aman dan terpercaya. Melalui peningkatan kesadaran, edukasi, dan penerapan teknologi keamanan yang tepat, kita dapat melawan ancaman deepfake dan menjaga integritas dunia digital bersama-sama.
Dalam menjaga integritas dunia digital, kerjasama antara perusahaan teknologi seperti VIDA dan lembaga komunikasi seperti ID COMM, menjadi langkah strategis. Strategi komunikasi yang terarah, yang tujuannya adalah untuk mengedukasi dunia usaha dan publik pada umumnya, perlu disusun dan diimplementasikan. Hal ini tidak hanya membantu meningkatkan kesadaran akan ancaman deepfake, tetapi juga dalam memperkenalkan solusi yang tepat untuk membangun lingkungan digital yang lebih aman dan terpercaya.
Penulis : Agil Asmoaji
Editor : Yulia Maroe