Generasi Z (Gen Z), generasi yang tumbuh di era teknologi digital, kerap menjadi sasaran kritik terutama menyangkut kesiapan mereka dalam menghadapi dunia kerja profesional. Menyikapi fenomena ini, ID COMM menggelar talkshow Sharing Session ID COMM (SSIDCOMM) yang bertajuk “Gen Z: Prove the Critics Wrong!” di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), yang dihadiri 150 peserta secara hybrid (25/9).

Acara ini menghadirkan trio pakar lintas bidang: Riska Fiati (Senior Account Manager ID COMM), Maya Sita (GM Human Capital Human Initiative), dan M. Iqbal Alif Oktrianda (Talent Manager dan International Talent Booker HWG Group) yang mendiskusikan langkah-langkah yang dapat diambil oleh Gen Z dalam mematahkan stereotip negatif tersebut melalui pengembangan personal branding yang efektif.

Gen Z umumnya dipersepsikan sebagai generasi yang sangat terhubung dengan teknologi namun kurang memiliki situational awareness. Stereotip seperti minimnya komitmen kerja, ketergantungan berlebih pada teknologi, dan fokus yang terlalu sempit pada isu-isu dunia maya kerap melekat pada mereka. Diskusi yang dibangun bertujuan untuk mendorong perubahan paradigma tersebut dan mengungkap potensi besar Gen Z dalam menghadapi tantangan kehidupan profesional.

Maya Sita, dengan pengalamannya dalam memberdayakan Gen Z di dunia kerja, menggarisbawahi, “Mereka memang sangat peka terhadap tren dan adaptif dengan teknologi. Tantangan utamanya adalah mengarahkan mereka untuk memiliki situational awareness yang lebih kuat. Potensi mereka sangat besar, namun perlu didukung dengan bimbingan yang tepat.”

Senada dengan Maya, Riska Fiati yang kerap berinteraksi dengan Gen Z di ranah komunikasi, menegaskan bahwa stereotip yang beredar tidak selalu mencerminkan realitas. “Kita sering mendengar anggapan bahwa Gen Z terlalu bergantung pada teknologi atau kurang berkomitmen. Namun, dalam banyak kesempatan, mereka justru menunjukkan kreativitas luar biasa dan mampu memberikan solusi inovatif yang segar dalam proyek-proyek yang mereka tangani,” ujarnya.

Salah satu strategi ampuh untuk mengubah persepsi negatif terhadap Gen Z adalah dengan membangun personal branding yang kuat. Di era interconnectivity ini, personal branding menjadi instrumen efektif dalam menciptakan citra diri positif baik di dunia maya maupun dunia nyata, yang berperan besar dalam diferensiasi diri, bagi penerimaan pasar kerja, serta untuk mencapai kesuksesan karir. Platform media sosial seperti LinkedIn, Instagram, dan TikTok menjadi panggung bagi Gen Z untuk memamerkan keterampilan dan kepribadian mereka kepada audiens luas.

Riska menekankan, “Personal branding bukan hanya tentang kehadiran di media sosial, tetapi juga tentang bagaimana membawa diri di lingkungan profesional. Ini adalah kunci pembuka peluang karir yang lebih luas bagi Gen Z.” Hanya saja, ia menambahkan bahwa diperlukan pendekatan yang lebih mendalam untuk mengenali potensi Gen Z, di luar dari apa yang mereka tunjukkan di outlet-outlet media sosial. “Kita perlu lebih jeli dalam menggali potensi mereka. Namun, begitu ditemukan, kompetensi mereka bisa sangat menonjol,” tambahnya.

Iqbal Alif Oktrianda, yang mewakili suara Gen Z, berbagi pengalamannya dalam membangun personal branding. “Konsistensi adalah kuncinya. Saya selalu berusaha menampilkan diri seutuhnya, baik di media sosial maupun dalam kehidupan profesional. Dengan begitu, orang dapat mengenali nilai unggul dan keahlian saya. Strategi ini sangat membantu dalam pengembangan karier saya,” ungkapnya.

Diskusi kemudian beralih ke pentingnya kolaborasi lintas generasi sebagai kunci sukses di dunia kerja. Maya menekankan urgensi menciptakan lingkungan kerja yang inklusif bagi Gen Z. “Miskomunikasi antar-generasi sering menjadi akar penyebab berkembangnya persepsi negatif terhadap Gen Z. Padahal, jika kita mampu membangun komunikasi yang baik, potensi kolaborasi antar-generasi sangatlah besar,” jelasnya.

Iqbal menambahkan pentingnya keterbukaan antar-generasi untuk mencapai kolaborasi yang efektif. “Setiap generasi memiliki kekuatan uniknya masing-masing. Jika kita bisa saling memahami, kerja sama akan berjalan lebih lancar dan produktif. Gen Z perlu belajar dari generasi sebelumnya, begitu pula sebaliknya,” tuturnya.

Talkshow “Gen Z: Prove the Critics Wrong!” berhasil memberikan perspektif baru tentang bagaimana Gen Z dapat memanfaatkan teknologi dan membangun personal branding positif untuk menghadapi tantangan di dunia profesional. Dengan bimbingan yang tepat dan pendekatan yang inklusif, Gen Z dapat mengubah stereotip yang melekat pada mereka dan menjadi aset berharga dalam berbagai industri.

Acara ini menjadi bukti nyata bahwa dengan pemahaman yang lebih baik dan kolaborasi yang erat antar generasi, dunia kerja dapat menjadi arena yang lebih dinamis dan produktif. Gen Z, dengan segala potensi dan tantangannya, siap membuktikan diri dan memberikan kontribusi signifikan dalam membangun masa depan yang lebih cerah.

SSIDCOMM merupakan program rutin sejak diluncurkannya di tahun 2016 sebagai program peningkatan kapasitas internal di ID COMM. Seiring perkembangannya, SSIDCOMM bertransformasi menjadi platform berbagi pengetahuan bagi para profesional dan calon profesional, termasuk siswa dan mahasiswa, dengan mengangkat topik-topik hangat di bidang komunikasi pemasaran, komunikasi korporat, dan public affairs.