Pendanaan hijau merujuk pada investasi untuk mendukung proyek-proyek yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan seperti konservasi hutan, pengurangan emisi karbon, dan pemberdayaan masyarakat adat. Pendanaan ini tidak hanya mencari keuntungan finansial semata, tetapi juga memperhatikan dampak dari bisnis yang dilakukan.

Saat ini, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) beroperasi dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan, seperti penggunaan sumber daya yang efisien, pemberdayaan tenaga kerja lokal, dan pembangunan komunitas yang inklusif. UMKM berkelanjutan juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang adil dan merata, serta menjaga kelestarian lingkungan.

Supernova Ecosystem pada diskusi media bertajuk “Inovasi Pendanaan Hijau untuk UMKM Berkelanjutan” 3 Maret 2024, memperkenalkan inovasi pendanaan hijau yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan konservasi hutan. Program investasi ini diprediksi akan menciptakan lapangan kerja bagi 13.000 masyarakat adat dan menyelamatkan 700 ribu hektar area hutan. Diskusi tersebut menghadirkan mitra Supernova Ecosystem yaitu Irma Chantily dari Konstelasi Accelerator dan Inez Stefanie dari Equator Capital. Irma memaparkan bagaimana cara mengelola program akselerasi dan memfasilitasi kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan. Sementara Inez menjelaskan peran Supernova Ecosystem sebagai katalisator pendanaan bisnis berkelanjutan yang bertujuan mengatasi kesenjangan risiko bisnis ramah lingkungan dan sosial.

Narasumber lainnya adalah Dr. Mubariq Ahmad, Ahli Ekonomi dan Lingkungan, Dr. Mahpud Sujai, Praktisi Kebijakan Keuangan Berkelanjutan, Vitri Sekarsari, Grant and Resource Mobilization Manager dari Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), dan Bryan Citrasena, Partnership & Communications Consultant dari Koalisi Ekonomi Membumi (KEM).

Salah satu fokus utama Supernova Ecosystem adalah melestarikan lahan seluas 35.000 hektar yang berdampak pada 3.500 petani hutan, petani ikan, dan petani perkebunan. Program ini juga mengembangkan tujuh komoditas utama seperti coklat, kelapa, dan jambu mete di bagian Timur Indonesia. Dalam menjalankan program ini, Supernova Ecosystem berkolaborasi dengan multipihak seperti seperti LTKL, KEM dan lembaga lainnya.

Mubariq menyoroti tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan UMKM Hijau. Salah satunya adalah kurangnya pendanaan dan kesadartahuan terhadap penggunaan bank konvensional.

“Dalam upaya mendukung bisnis berkelanjutan, pemerintah juga memiliki peran yang penting. Regulasi seperti Taksonomi Hijau Berkelanjutan Indonesia (TKBI) dapat menjadi dasar bagi keuangan keberlanjutan di Indonesia,” ungkap Mahpud.

Di sisi lain, LTKL dan KEM telah melakukan berbagai program pengembangan bisnis berkelanjutan di beberapa kabupaten. Mereka membantu UMKM Hijau dalam memperoleh akses pendanaan, pengembangan kapasitas, teknologi, dan pasar.

Melalui kolaborasi yang kuat antara Supernova Ecosystem dengan para mitranya, program ini diharapkan dapat berkembang dan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi yang adil dan lestari sesuai komitmen Supernova Ecosystem dalam mendukung UMKM berkelanjutan dan konservasi lingkungan. Mereka tidak hanya menciptakan lapangan kerja dan mengurangi emisi karbon, tetapi juga memberdayakan masyarakat adat dan menjaga keberlanjutan ekosistem.

Dalam upaya mendukung narasi pengembangan bisnis berkelanjutan, ID COMM sebagai mitra strategis Supernova Ecosystem, membantu dalam mengarahkan pesan-pesan penting terkait inovasi pendanaan hijau ini kepada berbagai pihak pemangku kepentingan, termasuk investor dan insan media.

Dengan pendekatan yang berfokus pada komunikasi yang efektif dan strategis, ID COMM membantu memperkuat citra Supernova Ecosystem sebagai pemimpin dalam inovasi pendanaan hijau dan terhubung dengan pasar yang relevan, untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas demi mewujudkan visi dan misi bisnis yang berkelanjutan.

Penulis : Agil Asmoaji

Editor : Yulia Maroe, Riska Fiati